Jamur Nameko, Si Kecil yang Kaya Manfaat

Sumber: forestflavour.com



Keberadaan jamur nameko di Indonesia, kalah tenar dibandingkan jamur-jamur yang langganan mengisi rak-rak penjualan di pasar tradisional maupun supermarket. 

Sebut saja jamur tiram, jamur kancing, jamur kuping, dan jamur merang yang juga familiar di telinga masyarakat. Bahkan dengan sesama jamur Jepang sekalipun, seperti jamur shitake dan jamur enokitake.

Jamur nameko yang memiliki nama latin Pholiota nameko ini merupakan salah satu jamur yang sangat populer di Jepang. Berbagai masakan khas Jepang mengandalkan jamur ini sebagai bahan tambahan, pendamping makanan utama. 

Salah satu makanan itu ialah soba. Soba merupakan mie yang terbuat dari gandum hitam. Dari sekian banyak varian soba, ”nameko soba” adalah varian yang populer disajikan. 

Nameko soba merupakan jenis soba kuah yang berisi jamur Nameko (Badri, 2017).

Seperti jamur pada umumnya, nameko hidup secara saprofit atau hidup pada sisa-sisa makhluk hidup yang sudah mati, misalnya pada kayu lapuk yang masih segar (Suprapti,2015). 

Seiring perkembangan teknologi, jamur nameko dapat dibudidayakan secara konvensional. 

Menurut Yokota et al., (2007), limbah serbuk gergaji kayu dapat dimanfaatkan sebagai media pertumbuhan jamur.

Jamur nameko merupakan jamur edible yang memiliki prospek bisnis yang sangat cerah. Banyak masyarakat dunia – khususnya Jepang – yang mengonsumsi jamur ini karena manfaat kesehatan yang diberikan. 

Jamur ini menandung beragam vitamin dan mineral, serta menjadi sumber protein.

Beberapa literatur, seperti website terkemuka healthbenefitstimes.com mengemukakan bahwa jamur ini merupakan pilihan yang tepat sebagai menu diet. 

Selain banyaknya kandungan gizi yang diberikan, seperti dikutip oleh Gunawan (2008) jamur nameko dapat menghambat pertumbuhan tumor ganas sarcoma-180.


Sebelum kita mulai membudidayakan jamur aneko, ada baiknya kita mengenal morfologi dan faktor-faktor lingkungan yang memengaruhi pertumbuhannya


Bagaimana morfologi Jamur Aneko?

Secara morfologis, Nameko adalah jamur yang menghasilkan kelompok tubuh buah dengan tudung buah yang mengkilap. 

Ada banyak sebutan lain jamur aneko, di Benua Amerika, jamur aneko bernama jamur butterscotch (Gizaw, 2010). Sedangkan masyarakat Eropa menyebutnya sebagai jamur madu.

Tudung buah jamur nameko memiliki permukaan halus dengan lendir dan berdiamter 1,2 – 2,5mm. Sedangkan pada tubuh buahnya mengalami perubahan warna seiring pertumbuhan jamur.

Pada saat tudung buah masih menguncup, tubuh buah berwarna putih kekuning-kuningan dan berubah menjadi warna kuning kecoklatan ketika dewasa. 

Jamur yang siap panen memiliki tinggi berkisar antara 5 – 7cm (Neda, 2008).

Sumber: unicornbags.com

Apa yang harus diperhatikan pada saat budidaya Jamur Aneko?

Selama budidaya jamur, faktor lingkungan, seperti suhu, cahaya, dan tingkat oksigen sangat berperan bagi pertumbuhan jamur. 

Secara umum, Pholiota nameko dapat tumbuh dengan baik pada lingkungan yang memiliki kadar air sebesar 33 – 94% (Shoji et al., 1968).

Miselium jamur nameko dapat tumbuh pada kisaran suhu udara 5 – 32OC. Namun, untuk mencapai hasil pertumbuhan yang ideal, suhu udara harus berkisar antara 24 – 26OC (Sitatin, 2005)

Tingkat keasaman media juga merupakan salah satu faktor yang memengaruhi pertumbuhan jamur nameko (Yulianty, 2006). 

Derajat keasaman atau pH penting dalam mengatur sistem-sistem enzim serta metabolisme jamur.

Sehingga, untuk mendapatkan pertumbuhan yang maksimal, diperlukan pH yang optimum. 

Menurut Gunawan (2004) dalam bukunya Usaha pembibitan Jamur, nilai pH optimum untuk pertumbuhan miselium nameko adalah 5,0 – 7,0.

Apa saja tahap-tahap kerja budidaya Jamur Aneko?

Kegiatan budidaya jamur merupakan proses kompleks yang melibatkan banyak tahap kerja. Sebelum masuk tahap inokulasi jamur, perlu dilakukan seleksi jamur yang akan menjadi bibit.

Seleksi ini berguna untuk mendapatkan indukan jamur yang unggul, terbebas dari jamur antagonis. Selanjutnya adalah tahap inokulasi jamur. 

Semua peralatan yang digunakan untuk proses inokluasi harus dalam keadaan steril.

Pada tahap ini, potongan jamur yang digunakan sebagai bibit akan ditaruh di media PDA (Potato dextrose agar). 

Media PDA dapat dibuat secara mandiri menggunakan ekstrak kentang rebus, agar-agar, dan dextrose yang dilarutkan dalam air mendidih.

Setelah proses inkokulasi selesai, selanjutnya adalah masa pertumbuhan miselium jamur atau inkubasi. 

Kunci keberhasilan tahap ini adalah menjaga lingkungan untuk tetap berada dalam keadaan yang ideal bagi pertumbuhan miselium.

Tahap selanjutnya adalah menaruh miselium jamur ke dalam baglog sebagai media tumbuh jamur dewasa. 

Baglog diisi dengan campuran bahan-bahan yang menunjang pertumbuhan tubuh buah jamur, seperti serbuk gergaji, tongkol jagung, dan ampas tebu. 

Sama seperti pada tahap inkubasi, menjaga kondisi lingkungan jamur adalah kunci keberhasilan untuk mendapatkan hasil panen yang berkualitas (Susilawati et al., 2010).

Bagaimana proses pemananen Jamur Aneko?

Jamur nameko yang siap dipanen memiliki tudung buah berdiameter 5 – 7cm. Secara keseluruhan, butuh waktu 90 hari dari hari pertama masa inkubasi hingga jamur nameko siap untuk dipanen. (Gizaw, 2010). 

Jamur Pholiota nameko dapat dipanen ketika kadar Efisiensi Biologis (EB) mencapai 60% -70%. Efisiensi biologis adalah rasio berat badan buah segar terhadap berat substrat dikalikan 100 atau dalam rumus matematis, ditulis:

BE (%) = Berat segar jamur yang baru dipanen per bag × 100 (Fan et al., 2004).)

Komoditas jamur bersifat perishable atau mudah rusak sehingga perlu ditangani secara benar dan hati-hati untuk menekan penurunan mutu. 

Setelah panen, jamur rentan terjadi perubahan-perubahan fisiologi dikarenakan masih terjadinya proses respirasi.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan penurunan mutu jamur, yaitu penurunan kadar air, perubahan warna (discolorative), penyimpangan aroma, proses respirasi (Indartiyah et al., 2011).

Maka dari itu, sebelum panen, kita perlu menyiapkan berbagai perlatan dan bahan untuk mengemas jamur. 

Peralatan dan bahan tersebut harus dalam keadaan bersih untuk meminimalisir kontaminasi jamur dengan mikroba-mikroba yang tidak diinginkan.

Indartiyah et al. (2011) merekomendasikan langkah-langkah pascapanen jamur nameko segar, yaitu:

1.    Sortasi: proses sortasi harus dilakukan secara hati-hati agar tidak terjadi kerusakan fisik. Sortasi awal bertujuan untuk memisahkan jamur dari kotoran-kotoran yang menempel. Selanjutnya, memisahkan jamur-jamur yang cacat dan sehat.

2.    Pembersihan: Pembersihan bertujuan untuk menghilangkan segala materi yang tidak diinginkan pada jamur, seperti akar, kerikil, dll. Pembersihan dilakukan dengan memotong akar menggunakan pisau yang bersih.

3.    Grading: Penggolongan jamur berdasarkan indikator-indikator tertentu, misalnya diamter tudung, warna, dan kandungan air.

4.    Penimbangan: Penimbangan bertujuan untuk mengetahui berat jamur nameko dan sebagai informasi kepada konsumen yang akan diperlihatkan di label kemasan.

5.    Pengemasan dan Pelabelan: Tujuan dari pengemasan yaitu untuk menyimpan produk secara aman dan sebagai alat pemasaran. Secara umum, kemasan jamur tidak boleh mengandung zat kimia yang dapat mencemarkan jamur. 

Selain itu, kemasan harus mampu menjaga kelembaban jamur. Sedangkan pelabelan berfungsi untuk memberikan informasi mengenai jamur nameko. Biasanya, pelabelan dilakukan dengan menempelkan stiker ke permukaan kemasan.

Sumber: global.rakuten.com

Ada satu tips nih! Hendaknya jamur yang akan dijual, diberi kemasan plastik Polypropylene (PP) ketebalan 0,33mm, karena apabila jamur diletakkan di dalam plastik Polypropylene (PP) pada suhu 5OC mampu mempertahankan kesegaran jamur hingga 20 hari (Indartiyah et al., 2011).

Bagaimana? Apakah anda tertarik membudidayakan jamur nameko? Masih sedikitnya produsen Jamur Nameko di Indonesia, dengan permintaan pasar yang semakin bertambah adalah suatu peluang bisnis yang menjanjikan. 

Ayo Budidaya Jamur!



REFERENSI
Gizaw, Birhanu. 2010. Cultivation And Yield Performance Of Pholiota Nameko On Different Agro Industrial Wastes [disertasi]. Addis Ababa University: Ethiopia.
Gunawan, Agustin Wydia. 2008. Usaha pembibitan Jamur. Penebar Swadaya: Jakarta
Indartiyah, Ndarie., I. Siregar., Y. Agustina., D. Suyerman. 2011. Pedoman Teknologi Penanganan Pascapanen Jamur. Direktorat Jenderal Hortikultura, Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat, Kementerian Pertanian Republik Indonesia.
Neda, H. (2008). The correct name for Nameko. J. Mycoscience. 49: 88-91.
Shoji, A., R. Otake. 1968. Studies on the cultivation of nameko mushroom by utilization of sawdust composts. The Chinese University Press: Hongkong
Sitatin, S. 2005. Pengaruh Penambahan Ampas Tapioka dan Ampas Tahu pada Media Teradap pertumbuhan Bibit Jamur Shitake (Lentinus edodes). Skripsi. Malang: Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi UIN Malang
Suprapti, Sihati. 2015. Jamur Kayu Sumber Pangan Sehat dari Hutan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Balitbang KLHK. Bogor
Susilawati, B. Raharjo. 2010. Petunjuk Teknis Budidaya Jamur Tiram yang Ramah Lingkungan. BPTP Sumatera Selatan.
Yokota S. et al. 2007. “Enzymatic Saccharification and Ethanol Fermentation with the Cultural Waste from Edible Mushroom Cultivation Using Wood Meals of Unused Tree Species, Alnus japonica and Zelkova serrata” dalam Cellulose Chemistry and Technology, 41: 575—582.
Yulianti. 2006. Pengaruh pH Terhadap Pertumbuhan Jamur Colletotrichum Capcisi Penyebab Penyakit Antraknosa pada Cabai (Capcisium annuum L.) Asal Lampung. Lampung: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.



Komentar

  1. Halo kak, mau bertanya, apakah jamur nameko bisa dikalengkan untuk memperpanjang umur simpan? Jika bisa bagaimana langkah-langkahnya? Terima kasih kak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hallo kak, terimakasih telah berkunjung ke website saya, semoga tetap sehat dan semangat.
      Jamur nameko sangat bisa dikalengkan. Pengalengan akan memperpanjang umur simpan dari jamur itu sendiri. Secara umum, proses pengalengan yaitu: Pembersihan jamur, Blanching jamur selama beberapa menit (2 - 3 menit), memasukkan jamur ke kaleng, penambahan larutan garam ke dalam kaelng, exhausting (menghampaudarakan), sealing, dan terakhir adalah pasteurisasi selama 30 - 60 menit kak.

      Terimakasih atas perhatiannya :)

      Hapus
  2. Halo agis. Di Indonesia sendiri berapa harga untuk jamur nameko? Lalu adakah contoh produk dari hasil pengolahan jamur nameko?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hallo kak, terimakasih telah berkunjung ke website saya, semoga tetap sehat dan semangat

      Di Indonesia sendiri, jamur nameko hanya dijual pada pasar-pasar tertentu. Hal ini dikarenakan, pemenuhan permintaan jamur nameko di Indonesia kebanyakan terpenuhi melalui impor dari negara lain, seperti Tiongkok. Jamur nameko sendiri memiliki harga yang cukup mahal. Berdasarkan situs indonesia.alibaba.com, rata-rata harga jual jamur nameko adalah 1300 - 1500 USD.

      Di Tokopedia, ada salah satu produsen olahan jamur nameko, yaitu CV Volva Indonesia yang terletak di Sleman, Yogyakarta. Mereka membuat olahan kripik jamur nameko. Harga per toplesnya (100gr) adalah Rp56.500. Cukup mahal bukan? Hehehe

      Terimakasih atas perhatiannya :)

      Hapus
  3. Wah menarik sekali informasinya, saya mau tanya jamur nameko bermanfaat bagi kesehatan untuk menyembuhkan penyakit tertentu?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hallo kak, terimakasih telah berkunjung ke website saya :)

      Jika untuk menyembuhkan penyakit, belum ada hasil riil dari penelitian mengenai jamur nameko. Namun, jamur nameko terbukti mampu menghambat pertumbuhan tumor ganas lho kak.. makanya banyak dijual suplemen jamur nameko

      Terimakasih atas perhatiannya

      Hapus
  4. wahh informasi yang menarik, ingin bertanya berapa kali panen selama masa panen jamur nameko?

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer